Lazada Philippines

Kursus Bahasa Inggris Kilat

Sabtu, 25 Juni 2011

Ingin Sukses Menulis? Ini Kuncinya!


Sukses menulis, siapa yang tidak mau. Sukses dalam menulis tentunya adalah sebuah prestasi tersendiri yang di dalamnya terkandung kepuasan batin bagi sang penulis. Saya sendiri seringkali termotivasi untuk terus menulis ketika menuai kesuksesan dari apa yang telah saya tulis. Namun, saya sadar saya bukan apa-apa dan tidak bermaksud untuk menggurui. Dalam hal ini saya hanya merasa tergelitik untuk sekedar berbagi pengalaman saya mengarungi dunia penulisan. Jadi ini bukan teoritis tapi lebih kepada berbagi fakta. Oleh karenanya, apa yang saya paparkan di sini adalah hasil pengalaman saya selama beberapa tahun dalam menekuni hobi menulis.

Sebelum berpanjang lebar untuk mengulas bagaimana kunci sukses menulis, saya ingin menetapkan terlebih dahulu bingkai kesuksesan yang saya maksud. Simpel saja, saya menggunakan standar definisi dari kamus Bahasa Indonesia dalam mengartikan sukses, Sepakat ya…? (salaman dulu, Ok! ;).

Arti sukses dalam kamus Besar Bahasa Indonesia adalah: berhasil; beruntung. Nah, berbicara sukses yang berarti berhasil atau beruntung, maka saya hanya akan berbagi pengalaman saya yang berhubungan dengan berhasil dan beruntung, entah itu berhasil menarik minat baca orang lain atau beruntung karena mendapatkan buku gratis dan honor tulisan (ini dia yang paling saya harepin buat tambahan bayar uang kuliah :P).

Ok, langsung saja saya ceritakan bagaimana langkah-langkah sukses itu bisa datang dari beberapa naskah yang saya tulis dan bagaimana akhirnya saya bermetamorfosa dalam dunia tulis-menulis (Cekidot!):

1. Niat

Ini bukan basa-basi, tapi ini pengalaman pribadi (curcol, bo!). Segala sesuatu dimulai dari niat, oleh sebab itu ada ungkapan, “Perbuatan itu tergantung dari niatnya.” Ya, karena pertama kali saya meniatkan untuk mulai menulis setelah mendapatkan motivasi dari senior saya di organisasi. Waktu itu dia bilang, “Apa yang sudah kamu lakukan setelah kamu diangkat jadi sekjen (baru jadi pejabat nih ceritanya)?”

“Sebaiknya kamu buat blog dan sering kirim tulisan ke media massa, karena itu berguna buat ketajaman kamu menganalisa masalah dan ketika kamu melamar kerja. Dengan begitu, kamu ga perlu repot nulis CV panjang-panjang atau berceloteh sampai berbusa, kalau kamu melamar kerja cukup tulis saja alamat blog kamu dan biarkan perusahaan tersebut cari tahu siapa kamu dari internet.”

Nah, singkat cerita karena motivasi itu saya mulai meniatkan untuk menulis. Saya niatkan menulis untuk menanam sukses yang akan dituai suatu saat nanti. Tidak lama setelah itu saya mulai menulis di blog, web organisasi yang saya pimpin dan mengirim tulisan ke beberapa media. Lalu, apakah saya sudah memanen apa yang saya tanam? Sebagiannya ya! Tulisan saya di situs organisasi sempat juga membuat Menkes ketar-ketir karena banyak di copas dan bisa memicu aksi mahasiswa. Beberapa tulisan sempat memperoleh reward dari beberapa perusahaan media dan ini cukup berkesan bagi saya. Sebelum lulus kuliah saya sudah ditarik untuk membantu di sebuah media cetak tanpa proses melamar kerja dan kirim CV. Bahkan beberapa waktu lalu saya sempat ditawari pekerjaan di sebuah penerbitan karena sebuah artikel di Kompasiana. Hanya, karena letaknya jauh di kota Solo, akhirnya saya tidak mengiyakan tawaran tersebut.

2. Mulai dari yang Paling Kecil

Banyak orang yang memiliki mimpi besar namun mimpinya tidak pernah terealisasi karena terbawa angan menulis yang terlalu wah…, ini berlaku juga dalam dunia menulis. Dalam hal ini saya jadi teringat celetukan dosen saya waktu saya sampai harus bergadang berhari-hari menyelesaikan proposal penelitian untuk ke Diknas. Dia bilang begini, “Kalian ga sadar sudah bisa buat prosposal program penelitian, itu semua dikerjakan sedikit-sedikit selama berhari-hari dan ga kerasa kalian sudah bisa menulis sampai 30 lembar, artinya kalian juga sebenarnya bisa buat buku.”

Ya, sampai sekarang saya ingat terus kata-kata itu. Kebetulan beliau juga cukup produktif menulis buku ajar. Logikanya, dengan memulai dari sesuatu yang kecil dan ditabung sedikit demi sedikit, kumpulan artikel pun bisa jadi buku. Pesan ini yang membuat saya akhirnya terus menulis dari setiap ide kecil yang saya fikirkan.

Sekedar berbagi pengalaman. Beberapa waktu lalu saya mendapat tugas meresensi sebuah buku. Setelah saya baca, ternyata buku tersebut adalah kumpulan artikel yang pernah dimuat secara berkala di sebuah media massa. Oleh karenanya, kalau ternyata kita punya hobi membuat cerpen, ngeblog aja yang rajin di kompasiana. Apabila semua tulisan tersebut bisa diterima dengan baik oleh pembaca, kita bisa kumpulkan naskah tersebut dan membuatnya menjadi sebuah novel. Satu lagi kelebihan menabung tulisan dengan cara ini adalah, kita telah dapat menganalisa respon baik dari pembaca sebelum buku diluncurkan. Artinya, mimpi “Best Seller” sudah di separuh genggaman tangan (Cihuyy…!!!, ngarep.com).

3. PeDe Aja Lagi

Kebanyakan pemula ga PeDe dengan hasil karyanya. Untuk kasus ini saya punya pengalaman lucu. Beberapa waktu lalu saya sempat ngobrol dengan adik tingkat saya di kampus. Saya waktu itu berpesan, karena dia juga pimpinan wilayah di organisasi yang dulu saya sempat pimpin maka saya sarankan dia rajin menulis.

“Mau bikin blog, kirim ke majalah, atau sekedar share di facebook ga masalah, yang penting nulis,” gitu saya bilang. Dia langsung merespon, “gue udah nulis kak, tapi ga gue publish. Tulisannya banyak di rumah gue.” Langsung konek ke hati, “Oh My God! Helloow!! Hari Gini Masih Minder?”

Ternyata adik kelas saya itu ga PeDe sama semua yang dia tulis, walau dia sudah menulis berlembar-lembar. Dalam hati saya jadi tertawa cekikikan… “Dia ga tau apa yang gue tau.” (kontan ngomong dalam hati). Akhirnya saya bilang, “kalau kita tidak pernah membiarkan orang menilai, bagaimana kita bisa tahu dimana kelemahan karya kita? Kalau tanpa koreksi gimana mau berkembang. Posting aja lagi…”

Mau bongkar rahasia lagi nih! Selama saya membantu sebuah media cetak, beberapa kali saya menerima naskah dari orang-orang dengan titel panjang, kalau bisa dibilang mereka ahlinya dalam dunia kesehatan, lah. Ternyata naskah yang mereka kirimkan itu harus dirombak total, dan sering saya yang harus mengerjakan perombakannya supaya enak dibaca. Banyak orang yang bertitel atau secara praktikal mereka ahli, tapi mereka belum tentu pandai dalam menulis. Bahkan saya sempat menerima pengakuan dari seorang peneliti bergelar Magister ilmu kesehatan yang menyatakan, “Saya menyerah kalau disuruh menulis.” Kesimpulan saya dari masalah ini, “Ahli dalam profesi belum tentu ahli dalam menulis narasi, jadi…PeDe aja lagi!”

Kebanyakan media cetak yang bernama majalah atau tabloid tidak terlalu ketat dalam menyeleksi tulisan yang masuk ke redaksi, mangkanya saya lebih senang kirim naskah ke majalah atau tabloid daripada kirim opini ke koran. Tapi yang pasti, saya tetap PeDe, kalau ada tulisan nganggur dan kayaknya cocok dikirim ke Koran, ya…saya kirim aja, toh ga dosa dan ga rugi juga kalo ga dimuat.

4. Buat Judul yang Nge-BooM

Bikin judul yang ngeboom? Ya, istilahnya buat orang penasaran. Tapi saya akui saya kurang ahli dalam masalah ini dan masih harus banyak belajar. Namun beberapa tulisan saya ternyata berhasil membuat orang penasaran dan beberapa pembaca sempat mengatakan akan menanti tulisan terbaru saya di media cetak tersebut. Dalam hal ini saya hanya berpegangan pada dua teori yang sering berlaku dalam jurnalistik. Pertama, buat judul yang mudah diingat orang. Kedua, Judul baiknya tidak lebih dari enam kata, itu saja…enough.

5. Tulislah sekarang juga!

Saya sempat berdiskusi dengan seorang rekan saya. Saya bilang begini, “Katanya mau nulis, koq belom nongol juga tulisannya?” Dia bilang, “Gue belom ketemu datanya, nanti kalo udah kekumpul semua baru ditulis.” (Knocked by Hammer, Prakk!!)

Ya, beberapa orang yang saya temui punya karakter seperti itu. Mereka lebih perduli pada sebuah data daripada mengabadikan sebuah gagasan yang fresh. Intinya, jangan biarkan gagasan itu menguap karena waktu. Saya sendiri seringkali mencatat gagasan dimana pun saya sempat supaya tidak menguap. Kadang saya ketik dan disimpan di flashdisk atau kalau waktunya luang saya langsung selesaikan sampai jadi sebuah tulisan. Kadang malah kalau tidak sempat, saya catat di status facebook :P. Beberapa rekan saya yang punya blog malah menuliskan perjalanan aktivitasnya hari itu ke dalam blog mereka, dan saya cukup enjoy membacanya. Artinya secara tidak langsung, walau tidak pandai menulis, tapi mereka suah sukses menarik minat saya untuk membaca isi blongnya.

Mungkin untuk sementara itu saja berbagai fakta dari perjalanan menulis saya selama beberapa tahun belakangan ini. Huff… akhirnya kelar juga!

Semoga cerita seputar menulis dan berblogging ria ini dapat bermanfaat dan bisa menjadi sedekah pena agar bisa menambah pahala juga buat saya. Semoga sukses!

Salam,

Joko Rinanto

Tidak ada komentar:

Posting Komentar