Lazada Philippines

Kursus Bahasa Inggris Kilat

Minggu, 17 April 2011

Menulis Dengan Modal Nekat

“Saya sudah banyak menulis di buku harian, juga di blog. Tetapi, hingga kini masih saja saya nggak pede menulis untuk koran atau majalah. Bagaimana mengatasinya?”

Ada sahabat yang merasa tak percaya diri, masih ragu-ragu, masih merasa belum pantas menulis ke media cetak seperti ke koran atau majalah. Perasaan seperti itu menyebabkan ia tidak berani mengirim artikelnya. Ia khawatir, jangan-jangan tulisan itu menjadi bahan tertawaan, ditolak, dan sebagainya, sehingga jadi malu. Lalu, apa yang sebaiknya dilakukan?

Menulis itu memerlukan kepercayaan diri yang besar, termasuk untuk mengirimkannya ke media cetak. Pertama, yang diperlukan adalah meningkatkan pengetahuan. Caranya, antara lain dengan secara berkesinambungan menambah pengetahuan melalui buku-buku dan sumber lainnya yang berguna. Kedua, berlatih dan berlatih menulis terus-menerus. Contoh saja balita yang belajar berdiri, ia berusaha berdiri, jatuh, berdiri lagi, jatuh lagi, berdiri lagi dan begitu seterusnya hingga pada akhir ia bisa berdiri, bahkan kemudian berjalan. Mungkin kita perlu menghayati peran seperti seorang bayi yang belajar berdiri dan berjalan tatkala tengah mengembangkan kemampuan menulis. Menulis lagi, kirim, ditolak, menulis lagi, kirim, begitu seterusnya hingga suatu saat redaksi mengalah dan memuat karya kita. Redaksi mengalah, bukan karena dia bosan atau kasihan sehingga menerima kiriman naskah kita, melainkan lantaran dia mulai melihat betapa berbobot naskah yang kita kirim kepadanya. Nah, kalau sudah seperti ini, siapa yang tidak mau?

Rasa tidak percaya diri itu adalah faktor psikologis yang dapat mengganggu perjalanan karier kita. Dia menjadi faktor penghambat/penghalang kemajuan di dalam bidang apa pun. Oleh karena itu, penting sekali mendongkrak rasa percaya diri dengan mengasah kemampuan di bidang yang diminati, bertekun di dalamnya, dan berkarya. Tidak ada pilihan lain. Tidak akan ada hasil apa-apa kalau kita tidak berkarya nyata. Mimpi menjadi penulis pun akan tinggal mimpi saja kalau kita tidak membuatnya menjadi realita. Belakangan baru akan muncul penyesalan dengan menyalahkan diri sendiri, mengapa telah menyia-nyiakan waktu hanya untuk mengkhayal menjadi penulis sukses tanpa dibarengi tindakan nyata sama sekali. Bermimpi itu penting sekali, bertindak juga penting. Mimpi memberikan arah, tindakan mewujudkannya.

Ketika pertama kali menulis untuk media cetak tahun 1984, saya tidak berpikir macam-macam. Saya tulis saja sebisa saya, lalu saya kirim. Saya tidak merasa malu kalau misalnya tulisan itu tidak dimuat. Saya juga tidak akan tersinggung kalau naskah saya ditolak. Enjoy saja, tulis saja, kirim saja. Persoalan dimuat atau tidak itu melulu urusan redaksi, bukan urusan saya. Urusan saya sebagai penulis hanya menulis dan menulis.

Saya menyadari, bagi sahabat yang belum pernah menulis untuk media cetak seperti koran, majalah, tabloid, tentu ini akan terasa berat, seperti orang yang dipaksa melewati sebuah kuburan sepi di tengah malam. Tetapi, setelah dilakukan kendati dalam kekhawatiran yang sangat, dan ternyata tak kenapa-kenapa, maka langkah selanjutnya menjadi lebih mudah, bahkan jauh lebih mudah. Pekerjaan itu, dalam banyak hal, ternyata lebih berat dipikirkan daripada dikerjakan. Yang pertama terasa berat, selanjutnya menjadi mudah, bahkan mengasyikkan, he he he.

Kalau dengan begini belum juga berani menulis, maka pakai modal nekat. Nekat? Ya, nekat menulis sebaik mungkin. Nekat mengirimkan tulisan itu ke media cetak. Nekat menulis lagi tanpa henti. Nah, senjata nekat itu dapat dipakai oleh sahabat para calon penulis atau penulis pemula. Tulis dan kirim saja. Redaksi juga manusia, kan? Jadi, tidak perlu ada yang ditakutkan.

“Suatu saat kamu perlu untuk tidak memikirkan kesuksesan atau kegagalan. Jangan biarkan hal tersebut mengganggu dirimu. Yang harus kamu kerjakan adalah menulis dan menulis hari demi hari. Kamu harus siap mental menghadapi kesalahan dalam tulisanmu yang sulit dihindari, dan siap menerima kegagalan,” nasehat Anton Chekov kepada para calon penulis.

Selamat menulis. Kabarkan kepada saya kalau Anda sudah berani mengirimkan naskah ke media, dimuat atau tidak, bukan masalah.

Sampai jumpa pada serial berikutnya. Salam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar