Lazada Philippines

Kursus Bahasa Inggris Kilat

Kamis, 25 Maret 2010

Aceh Yang Unik

Aceh Bagaikan Gambar Segitiga Tak Mungkin
Oelh Ibnu Sa’dan

ACEH sekarang ini merupakan satu provinsi yang unik di Republik Indonesia. Seumpa gambar, tak ubahnya seperti sebuah bangun segitiga tak mungkin. Dimensi-dimensinya susah diterjemahkan, dan sudut-sudutnya mengandung anomali. Mmustahil dalam tiori tetapi ada dalam kenyataan.




Betapa tidak, provinsi yang terletak di ujung barat pulau Sumatra ini memiliki seabrek keistimewaan yang kadang-kadang dapat membuat iri daerah lain. Tapi ketika dilihat dari sisi yang berbeda nasib miris justru seperti tak mau lekang dengan rakyat yang mendiami daerah ini.

Maka disinilah letaknya keunikan itu. Di atas pentas sejarah namanya begitu harum, gilang gemilang, berkemilau, penuh cahaya, dan terang benderang. Lihaltlah, catatanya pada zaman perang merebut dan mempertahankan kemerdekaan, daerah ini memiliki peran penting yang tak terbantahkan. Nama-nama tokoh seperti Cut Nya’ Dhien, Cut Meutia, Teuku Umar, dan Tengku Chik Di Tiro adalah sebagian dari pahlawan Aceh yang berjasa dalam memperjuangkan kemerdekaan negri ini dari penjajahan Belanda.

Pada masa penjajahan Jepang, orang-orang Aceh yang berperang melawan kezaliman pun tidak kurang jumlahnya, bahkan hampir menyuluruh di setiap jengkal tanah Aceh rakyatnya ikut ambil bagian. Banyak para ulama dan putra-putri terbaik Aceh pada masa itu yang gugur sebagai syuhada. Darah mereka bersimbah dimana-mana. Sehingga tidak heran, ketika kemudian hari timbul anggapan sebagian orang bahwa ketika banyak ditemukan minyak dan gas bumi dalam kandungan bimu Aceh itu tak lain adalah endapan darah dari para syuhada.

Dengan ditemukannya barang tambang tersebut tak ayal andil daerah ini pada era pembangunan pun cukup siginifikan. Hasil eksploitasit isi perut bumi dari Aceh ini cukup banyak menyumbangkan devisa untuk negara. Sehingga julukan yang diberikan untuk Aceh sebagai daerah modal selalu up todate sepanjang masa.

Kemudian Aceh juga dikenal sebagai tempat lahirnya berbagai program dan ide cemerlang demi kemajuan bangsa. Dunia dirgantara Indonesia pertama mencuat dari sumbangan orang Aceh berupa kapal terbang seulawah yang replikanya sekarang dapat dilhat di lapangan Blang Padang, Banda Aceh. Kemudian pengakuan Indonesia masih ada ketika terjadi agresi Belanda, juga disuarakan dari radio Rimba Raya yang berada di Aceh, yakni dari pedalaman Aceh Tengah.

Demikian juga lembaga pemerintah tempat merekayasa pemabngunan, Bapenas dan Lembaga tempat menjaga moral bangsa, MUI juga pertama lahir dari daerah ini yang diawali masing-masing dengan Bappeda (Badan Perencanaan Daerah) dan MPU (Majlis Permusywaratan Ulama).

Dan yang terakhir model pemilihan kepala daerah dengan pencalonan tidak melalui partai politik, akan tetapi melalui perseorangan juga Aceh sebagai pelopornya. Barangkali sistim pemilu dengan ikut sertanya partai lokal yang rencananya akan mulai digelar Tahun 2009 nanti khusus di Aceh, juga akan diikuti daerah lain. Demikianlah faktanya, Aceh dalam banyak hal sering menjadi pelopr dan terdepan.

Sementara dalam realitasnya yang lain, sepanjang sejarah pula rakyat Aceh hidup dalam kegelisahan, serba kekurangan dan terkebelakang. Kaya sumber daya alamnya dan gemilang prestasinya, tidak menjamin penduduknya bisa hidup makmur, aman, tentram, dan sejahtera.
Tentu susah dipahami daerah yang terkenal dengan hasil alam melimpah dan berprestasi gemilang, ternyata sebagian besar rakyatnya setelah 62 tahun merdeka, masih hidup melarat.

Dan tentu aneh kemelaratan itu terjadi justru bersamaan pula di saat uang terdengar melimpah ruah. Masyarakat yang bergelut dengan kemiskinan terdapat dimana-mana, merata baik di kampung-kampung maupun di kota-kota.

Begitulah Aceh dengan berbagai keanehannya. Setiap saat bisa membuat orang berdecak kagum, dan pada saat yang sama pula mengundang orang untuk prihatin.****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar