Lazada Philippines

Kursus Bahasa Inggris Kilat

Senin, 07 Juni 2010

Pasar Ikan Dan Gajah Menari-nari


Pasar Ikan Dan Gajah Menari-nari Di Pelupuk Mata

Oleh Ibnu Sa'dan


SETIAP Orang yang punya mata, dan pernah berbelanja di pusat pasar Kota Langsa, pasti pernah melihat pasar ikan yang ada di sana. Letaknya strategis mudah dijangkau dari semua jurusan. Sejak tiga tahun terakhir ini, kondisinya persis seperti Kota Hirosyima yang ada di Jepang. Tapi bukan Kota Hirosyima yang sekarang, melainkan Kota Hirosyima dulu ketika baru saja dijatuhi bom atom oleh tentra sekutu. Berantakan, tidak karuan.

Kondisi Pasar ikan Kota Langsa yang sebenarnya memang tidak susah dilukiskan. Jika dizoom out atau dilihat dari jauh, tenda-tenda plastik yang dipasang para penjual ikan terlihat berjuntai-juntai, bertaburan, dan acak-acakan. Tiang-tiangnya terpancang tak beraturan, tak berseni, dan tidak kokoh sehingga sangat mudah bergoyang jika sedikit saja ada hembusan angin. Laksana tenda-tenda darurat para pengungsi seperti itulah gambarannya. Tidak lebih dan tidak kurang.

Jika dizoom in atau dilihat dari dekat, pemandangannya lebih mengesankan. Diantara meja-meja tempat pedagang menaruh ikannya terdapat lorong-lorong sempit yang selalu berdesak-desak antara pembeli dan penjual ikan. Bawahannya susah dibedakan antara lantai atau tanah sawah yang baru selesai dibajak. Lumpur hitam merata di seluruh bagiannya, dan bau amis langsung menyergap siapa saja begitu kakinya menginjak kawasan ini. Cukup buat meneror mental, jika tidap siap bisa langsung muntah mengeluarkan seluruh isi perutnya.

Ibu-ibu rumah tangga yang tiap hari berkunjung ke sini, dipastikan takkan bisa sambilan singgah sebentar untuk memebeli ikan. Mereka harus menggunakan pakaian khusus, tidak boleh memakai selop cantik apalagi memakai sepatu. Dan begitu sampai di rumah seluruh pakaiannya luar dan dalam harus cepat direndam kalau kotoran dan bau yang melekat mau dihilangkan.

Sejak tahun pertama Drs. Zulkifli Zainon, MM menjadi Walikota Langsa sudah merencanakan membangun baru pasar ikan tersebut. Waktu itu pasar lama masih ada, tapi atap sengnya banyak yang sudah terbang dan kayu-kayu penyangga atap pun sudah lapuk. Seiring berjalannya waktu, rencana ternyata hanya tnggal rencana, realisasinya tidak jalan-jalan juga. Bahkan ketika pasar yang lama roboh para pedagang terpaksa membangun sendiri lapak-lapaknya dengan membuat meja dari kayu dan beratap plastik.

Para pedagang ikan dan kaum ibu yang tiap hari harus bergelut dengan lumpur hitam dan bau busuk itu, tidak ada yang tahu kenapa proses pembangunan pasar ikan terlihat begitu sulit diwujudkan. Yang mereka tahu, setiap tahun para anggota dewan dan pejabat di Kota Langsa selalu melakukan studi banding ke daerah lain, untuk mengambil contoh pembangunan dari kota-kota yang sudah maju.

Barangkali setiap mereka melakukan studi banding tidak pernah melihat pasar ikan di daerah yang dikunjunginya.Tapi yang mereka lihat hanya objek-objek wisata saja, sehingga setiap mereka pulang selalu ada program baru yang digulirkan. Proyek-proyek besar untuk menyenangkan pejabat dan para anggota dewan itulah yang dikembangkan. Sementara yang sangat dibutuhkan masyarat jadi terlupakan. Seperti pasar ikan misalnya, tidak lagi terlihat oleh mereka, padahal keberadaannya bagaikan gajah yang menari-nari di pelupuk mata.

Mau baca yang lain klik di sini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar